Microstock contributor adalah sebuah pekerjaan yang saya pilih di mana pekerjaan ini bekerja dengan cara menabung stock entah itu foto, footage, atau vector.
Jadi menjadi microstock itu berarti saya akan menjual salah satu atau semua dari ketiga jenis file di atas yang mana tentu saja semakin banyak file yang saya kumpulkan semakin besar pula peluangnya akan laku terjual.
Jadi konsepnya adalah, kita mengumpulkan sebanyak mungkin stock dengan kualitas sebaik mungkin agar bisa bersaing di pasar jenis stock yang kita pilih.
Tapi Apakah pekerjaan ini berisiko? Jawabannya tentu saja risikonya sangat tinggi dengan harga peralatan yang tidak murah juga.
Jadi di sini saya akan berusaha untuk menjelaskan semuanya dari alasan saya mengambil jenis pekerjaan ini dan apa-apa yang saya lakukan untuk pekerjaan ini.
Saya harap kamu yang masih ragu dan ingin mencoba pekerjaan ini bisa mendapatkan gambaran yang cukup jelas dari penjelasan yang saya berikan di sini.
Kenapa microstock?
Sebenarnya ada beberapa dilema yang saya miliki tentang pekerjaan ini jadi di sini saya akan membagikan semuanya sebisa saya agar kamu yang membaca punya sedikit pemikiran tentang pekerjaan ini agar kamu tidak kaget nantinya.
Jadi microstock itu adalah sebuah pekerjaan di mana kita akan mengumpulkan stok foto video atau vector, jadi konsepnya itu seperti berinvestasi tapi dalam bentuk aset digital.
Jadi dengan kata lain kita bisa mendapatkan uang walaupun aset yang kita kumpulkan sudah berusia tahunan karena kalau ada yang mendownload stock kita file aslinya akan tetap tersedia untuk bisa di download berkali-kali oleh orang lain.
Jadi dengan kata lain, kita berpeluang mendapatkan uang dengan jumlah yang tidak terbatas dari file yang kita upload ke microstock ini.
Menyenangkan bukan?
Tapi memang ada sedikit masalah yang muncul dengan sistem yang disediakan ini.
Yaitu file yang di upload orang pada zaman dulu masih ada dan persaingannya akan terus meningkat setiap hari karena jumlah file di platform terus bertambah karena tidak akan hilang kecuali pemiliknya menghapus secara manual.
Jadi persaingannya cukup tinggi.
Terus mengapa saya tetap memilihi bidang ini?
Sebenarnya semuanya tergantung lingkungan, dan karena saya hidup di daerah pedesaan di indonesia yang mana ada sangat sedikit orang yang melirik pekerjaan ini jadi saya melihat peluangnya masih sangat besar untuk tempat-tempat seperti yang saya miliki.
Karena memang tidak bisa dipungkiri pekerjaan ini adalah pekerjaan yang masih dianggap tabu dan tidak biasa oleh orang indonesia pedesaan.
Maka dari itu bisa dilihat peluangnya sangat besar untuk dilakukan oleh kita apalagi kita memiliki beragam kegiatan atau aktivitas yang tidak dilakukan oleh peluang konsumen seperti orang di luar negeri atau orang perkotaan.
Apalagi negara kita memiliki banyak sekali daerah yang menarik dari segi alam, aktivitas manusia, budaya, dan yang lainnya yang mana semua itu bisa menjadi ladang stok yang menguntungkan.
Kenapa saya memilih footage, bukan foto atau vector?
Jawabannya sebenarnya sederhana, yaitu karena penghasilan perdownloadnya lebih tinggi yang mana membuat saya lebih cepat balik modal dan footage jadi footage bisa menjadi pilihan yang paling menjanjikan buat dilakukan walaupun segmen pasarnya lebih sempit dari foto.
Saya tidak memilih foto karena pendapatan dari satu download itu hanya 0,10 dolar yang mana sangat sedikit dan membutuhkan banyak stock untuk bisa menghasilkan yang stabil butuh 5000 an foto ke atas.
Dan yang paling melelahkan dari menjual foto adalah tenaga yang dihabiskan untuk mengupload karena membutuhkan kata kunci dan pengisian deskripsi untuk setiap foto yang ada. Jadi bayangkan kalau ada 5000 stok foto berapa metadata yang perlu di isi?
Terus saya tidak memilih vector karena kesulitan dalam membuatnya, mungkin kalau kita tekun dalam belajar kita bisa membuat vector yang menarik dan bisa bersaing.
Apalagi peluang laku vector lebih tinggi dari footage dengan harga yang memang juga cukup rendah tapi peluang lakunya lebih tinggi dari pada foto.
Tapi yang jadi masalah adalah membuat vector mengharuskan kita untuk mendekam di studio untuk menciptakan vector setiap hari dan saya adalah orang yang suka berpetualang dan dunia fotografi.
Maka dari itu pilihan saya jatuh pata footage.
Masalah Artificial Intelligence atau Ai
Ini mungkin adalah masalah yang paling besar yang dialami oleh seorang microstocker, yaitu perkembangan artificial intelligence.
Dan tentu saja nanti microstock di bidang foto akan tergantikan oleh Ai ini, karena seperti yang saya lakukan juga untuk youtube saya kebanyakan isinya itu saya memakai gambar yang di generate pakai Ai.
Jadi tentu saja nanti microstock foto akan tergantikan 80% sampai 99% oleh Ai ini. Maka dari itu microstock foto sangat saya hindari, dan memang sejauh ini footage atau video juga memiliki peluang yang cukup tinggi untuk tergantikan.
Tapi ada banyak sekali aspek yang tidak bisa digantikan oleh Ai pada bidang footage ini, seperti ekspresi wajah, adat istiadat, pemandangan alam asli autentik dan sebagainya.
Jadi kemungkinan besarnya yang paling cepat tergantikan adalah foto kemudian vector dan yang terakhir video (dalam jenis tertentu)
Jenis video yang akan saya fokuskan
Jenis footage yang paling mudah di buat Ai atau di gantikan Ai nantinya adalah footage-footage yang simpel dan umum seperti orang berjalan, orang jogging, orang mengetik di komputer, orang berfikir, orang bergandengan tangan, dan sebagainya.
Dan footage yang paling sulit di saingi adalah footage dengan tema budaya, pemandangan asri lokal, petani bertani di daerah, pedagang di pasar tradisional dan yang lainnya dengan tema yang spesifik dan unik tentang pedesaan.
Bahkan saya pernah meneliti dan melakukan riset dari semua jenis tema video yang ada apakah kita bisa membuat 1 juta footage dari pedesaan, dan ternyata jawabannya bisa banget dan peluang kita untuk kehabisan ide itu lebih sedikit dari pada orang yang hidup di perkotaan.
Ya ini tergantung kreativitas kita saja, tapi intinya di tahun ini microstock footage masih sangat menguntungkan bahkan sampai puluhan tahun ke depan tapi tentu saja dengan tema yang lebih terukur, karena pasar microstock juga akan berubah sistemnya.
Kamera pilihan saya
Masalah kamera, ini adalah dilema terbesar saya karena harga yang cukup mahal dan kebutuhan yang saya miliki.
Karena memang jenis file microstock yang paling mahal modalnya adalah bidang footage karena kamera yang bisa merekam 4k itu cukup mahal bahkan sony a6000 yang harganya sekitar 5 jutaan hanya bisa merekam di full HD jadi dari sini muncullah penelitian dan pencarian yang lebih jauh.
Pilihan terbaik yang saya miliki jatuh pada kamera dari merek panasonic yaitu lumix g7 dan lumix g85.
Tapi setelah menimbang-nimbang dari kebutuhan yang saya miliki dan spesifikasi kamera saya mau tidak mau harus mengambil lumix g85 karena itu yang paling cocok untuk microstock dan youtube karena punya ibis atau in body image stabilization.
Harga dari lumix g7 sekitar 4-5 jutaan dengan unit second hand, dan lumix g85 berada di harga 7-9 juta di harga second, tergantung kualitas barangnya.
Jadi karena saya ingin membuat footage yang menghasilkan dalam jangka waktu yang panjang jadi minimal saya harus mengupload file 4k di microstock walaupun yang diterima sebenarnya bisa dari ukuran video 740.
Namun seperti yang kita ketahui bersama, teknologi berkembang sangat pesat jadi nanti kemungkinan besar resolusi terendah yang di cari adalah 4k di masa depan jadi resolusi ini akan bertahan sangat lama.
Dan lumix g85 adalah kamera 4k termurah kedua yang ada di pasaran setelah lumix g7 walaupun sensornya hanya microfourthird yang mana sensornya lebih kecil dari kamera mirrorless lain dengan lensa aps-c atau full frame.
Kekurangan dari sensornya adalah dia tidak terlalu mempuni di low light karena sensornya yang kecil, kemudian yang kedua kualitas gambarnya tidak setajam sensor yang lebih besar.
Tapi dari segi kualitas yang di hasilkan dengan pencahayaan yang cukup ini sudah sangat mempuni untuk dijadikan alat utama produksi microstock dan bahkan ada banyak sekali orang yang menggunakan kamera ini untuk kebutuhan youtube.
Memang kamera ini fokusnya masih tidak sebagus sony tapi masih cukup mempuni.
Posting Komentar